Selasa, 13 Oktober 2015

MAKALAH BUDAYA KAPITALISME


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
      Gambaran ideologi yang paling menonjol di abad ke-20 adalah pertarungan antara kapitalisme dan komunisme. Dari pertarungan ini mengalir fantasi utopi salah seorang tokoh utama: pertarungan itu akan berakhir dengan kemenangan gemilang pihak komunisme dan mempersamakan kapitalisme dengan kepincangan. Suatu kontra fantasi menggambarkan komunisme sebagai menciptakan suatu mimpi buruk totaliter yang hanya dapat dihentikan dengan kesetiaan mutlak kepada cara hidup demokrasi sebagaimana ditunjukan oleh “Barat”, merupakan euphisme yang umum bagi Negara-negara kapitalis.
      Kebangkitan Dunia Ketiga di Afrika, Asia, dan Amerika Latin, dengan bentuk-bentuk perekonomian yang menyertainya, kejamakan sistem politik, dan doktrin-doktrin social, memaksa para tokoh utama tersebut memeriksa kembali fantasi mereka masing-masing. Tampilnya perusahaan multinasional yang terutama mengejar kepada pertumbuhan industry dan keuntungannya sendiri, dan bukan kepada Negara asalnya, telah kian merongrong kepastian ideologis yang tersimpul didalam pandangan tentang pertarungan Timur-Barat. Multinasionalisme menyangkut komitmen yang telah membawa kita melampaui anggapan tentang pertarungan antara kapitalisme lama dan komunisme baru; atau dengan istilah Junani Klasik, pertarungan antara demokrasi klasik dan totaliterisme modern.
      Fase pembinaan bangsa Dunia Ketiga yang berlangsung sejak tahun 1945 sampai 1970 ternyata telah menghasilkan suatu sistem yang telah sepenuhnya berkristalisasi. Fungsi dan peranan perusahaan multinasional di dalam sistem dunia ini, dan dampaknya terhadap hubungan-hubungan kapitalis Komunis, merupakan persoalan yang lebih baru dank arena itu merupakan bidang yang sangat spekulatif. Walaupun sudah banyak informasi mengenai badan-badan multinasional tertentu, namun perhatian yang telah diberikan kepada persoalan bagaimana fenomena industri ini, sebagai suatu kekuatan yang berdiri sendiri, mempengaruhi hubungan-hubungan Amerika Serikat dengan Uni Soviet masih sangat terbatas, dan dengan perluasan struktur kapitalisme dan komunisme sebagai imperium dunia yang bersaing.
      Persatuan dan perpecahan antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet dalam suatu kerangka sistem multinasional yang berkembang mempunyai relevansi langsung dengan Dunia Ketiga. Penetrasi struktur dan badan-badan multinasional telah sangat mempengaruhi Dunia Ketiga selama dasawarsa yang lalu; kenyataan ini telah memberikan pilihan-pilihan baru dan tanggungjawab-tanggungjawab lama yang kompleks. Cara khusus dengan nama organisasi multinasional merasionalisasi perekonomian internasional, terutama sector-sektor yang telah mengalami industrialisasi, dengan demikian merupakan pemikiran langsung dan mendesak bagi Negara-negara Dunia ketiga yang harus meningkatkan kapasitas pemungkas (leveraring) dan perundingan (bargaining) mereka dengan cara terus menelaah dan memeriksa kembali hubungan antara Negara-negara besar, terutama hubungan antara pemimpin Dunia Pertama dan Dunia Kedua.[1]
1.2.       Rumusan Masalah
a.    Apa yang dimaksud dengan Budaya Kapitalisme?
b.    Bagaimana Sejarah kapitalisme ?
c.    Bagaimana perkembangan kapitalisme di Indonesia?
d.   Bagaimana Dampak Kebudayaan Kapitalisme?


1.3.       Tujuan
  1. Agar kita mengetahui apa itu budaya kapitalisme;
  2. Agar kita mengetahui bagaimana sejarah kapitalisme;
  3. Agar kita mengetahui bagaimana perkembangan kapitalisme di Indonesia;
  4. Agar kita mengetahui dampak dari pada kapitalisme;
1.4.       Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini ialah mengambil dari beberapa sumber buku dan website kemudian diamati dan melakukan analisa untuk disusun menjadi sebuah makalah.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Pengertian Budaya Kapitalisme
Kata budaya dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat istiadat.[2]
Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya (Bagus, 1996). Ebenstein (1990) menyebut kapitalisme sebagai sistem sosial yang menyeluruh, lebih dari sekedar sistem perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan kapitalisme sebagai bagian dari gerakan individualisme. Sedangkan Hayek (1978) memandang kapitalisme sebagai perwujudan liberalisme dalam ekonomi.
Budaya kapitalis adalah terma yang digunakan untuk merujuk kepada beberapa perkara; cara hidup rakyat yang hidup di masyarakat kapitalis, kesan ekonomi kapitalis yang secara global atau Negara terhadap penduduk, dan pemikiran perniagaan yang diterapkan terhadap individu yang memakmurkan sistem ekonomi kapitalis.
Karakter utama pemikiran ini adalah kepercayaan terhadap segala aktiviti perniagaan yang melibatkan pencarian keuntungan secara maksimal tanpa atau sedikit campur tangan dari kerajaan dan masyarakat.


2.2         Sejarah Kapitalis dan teori perkembangannya di Indonesia
Kapitalisme dibangun diatas filsafat ekonomi klasik yang diprakarsai Adam Smith yang dituangkan dalam Wealth of nation (1776) David Ricardo, James Mill. Seluruh filsafat klasik dibangun atas dasar liberalisme, mereka percaya pada pembebasan individu (personal liberty), kepemilikan pribadi (private property), inisiatif individu serta usaha swasta (private enterprise).
Dari perspektif Marxis dapat disebutkan asal mula kapitalisme berdasar hukum dialektis masyarakat berkembang melalui beberapa tahap, sehingga dia berkembang menjadi masyarakat kapitalis dimana Marx berada. Gerak dialetik dimulai pada saat komunitas primitif berkembang dari suatu masyarakat yang tidak mengenal milik pribadi dan tidak mengenal kelas, menjadi masyarakat yang mengenal milik pribadi serta pembagian kelas. Gerak dialektis ini terjadi karena pertentangan dua kelas utama dalam masyarakat.
2.3         Perkembangan Kapitalisme di Indonesia
Kapitalisme di Indonesia berbeda dengan kapitalisme yang ada pada negara asalanya yaitu Eropa (Malaka 2008,48). Di Indonesia kapitalisme lahir karena adanya modal asing yang digunakan untuk mengambil alih kekayaan Indonesia bukan lahir dari  bangsa Indonesia sendiri. Kapitalisme di Indonesia juga timbul dengan adanya lapisan-lapisan sosial yang ada (Malaka 2008,50). Kapitalisme di Indonesia walupun berbeda dengan Eropa, namun tetap berdasar pada kepemilikan modal dan pengaruhnya yang mengakibatkan adanya kesenjangan kelas-kelas sosial.
Kapitalisme yang ada di Indonesia tidak bisa lepas dari kedatangan belanda sebagai penjajahnya. Kedatangan VOC sampai pada masa diberlakukannya sistem tanam paksa merupakan akar dari kapitalisme di Indonesia. Adanya kekejaman sistem tanam paksa yang dilakukan oleh Belanda merupakan bentuk dari kapitalisme dimana belanda memeras kekayaan pribumi hanya untuk memenuhi kepentingan pemeritahannya pada saat itu. Sistem tanam paksa selain memberi keuntungan pada pemerintahannya namun juga menggemukan kantong kapitalis belanda ( Soekarno 1930, 50). Keadaan yang demikian disebut sebagai politik perampok bangsa Belanda. Politik tersebut memusnahkan benih-benih industri bumiputra yang modern (Malaka 2008, 49).
Kapitalisme di Indonesia tetap berlangsung setelah sistem tanam paksa dihapuskan dan setelah kemerdekaan. Kapitalisme setelah kemerdekaan berbentuk imperialisme baru. Modal-modal asing yang mulai masuk ke Indonesia merupakan lambang dari kapitalisme yang berkembang. Pada era orde baru kapitalisme semakin dirasa oleh bangsa Indonesia. Orde baru yang dipimpin oleh Soeharto ditandai oleh pembangunan besar-besaran. Para investor asing mulai masuk ke Indonesia dan menanamkan modalnya dalam pembangunan Indonesia. Hal tersebut membuat kesenjangan antara masyarakat yang memiliki modal dengan yang tidak memiliki modal. Dalam era Soeharto juga terfokus pada hirarki sosial dan kekuatan politik (Robinson dan Hadiz 2004, 42). Maksudnya adalah walaupun perkembangan pembangunan dan ekonomi Indonesia semakin maju namun nyatanya membawa dampak negatif. Dampaknya adalah terdapat kesenjangan kelas-kelas sosial dan adanya penyelewengan yang dilakukan oleh Soeharto. Banyaknya modal yang masuk membuat soeharto memakai uang tersebut bukan lagi untuk rakyat melainkan untuk kepentingannya sendiri. Hal tersebutlah yang mencerminkan kapitalisme di Indonesia pada masa orde baru.
Kapitalisme terus berkembang sampai sekarang. Contohnya adalah dimana kekayaan sumber daya Indonesia masih dieksploitasi oleh negara lain seperti Amerika, Inggris, dll. Selain itu juga terdapat banyak fenomena yang menggambarkan bahwa kapitalisme masih eksis di di Indonesia yaitu dengan banyaknya pemilik modal yang mengeruk kekayaan untuk kepentingannya sendiri sehingga menyebabkan kesenjangan dalam kelas-kelas sosial yang ada.
Dewasa ini tidaklah mengherankan, jika istilah ”kapitalisme” dalam perjalanan sejarahnya telah dimaknai dengan arti yang beragam, sehingga sangat sulit untuk mendapatkan persamaan persepsi atau makna dalam penggunaannya. Lepas dari keberagaman penggunaan istilah kapitalisme dan ditolaknya sebagai suatu sistem ekonomi oleh sekelompok orang, maka tokoh sosiolog seperti Peter Berger melihatnya sebagai fenomena sejarah. Kapitalisme sebagai fenomena sejarah perlu ditelusurinya secara historis dengan memperhatikan kaidah-kaidah ilmu sejarah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa esensi kapitalisme itu mencakup pasar bebas, modal atau kapital, laba, majikan, buruh dan alat-alat produksi. Namun, dapat dikatakan bahwa esensi kapitalisme yang tetap dan sama untuk semua bentuk kapitalisme itu adalah modal/kapital. Dan, meski bentuk dan perwujudannya berbeda, tetapi tujuan dari sistem kapitalis tetaplah memperoleh laba/keuntungan yang setinggi mungkin dengan biaya produksi sedikit mungkin. Dalam sistem ini memungkinkan setiap orang mendapatkan peluang yang seluas-luasnya lewat persaingan bebas untuk mencari keuntungan ekonomis bagi dirinya.
2.4         Dampak Kebudayaan Kpitalisme
Dalam perjalanannya, kapitalisme telah memberikan efek buruk bagi perekonomian dan kesenjangan sosial yang semakin menganga, terjadinya gap (jurang pemisah) antara si kaya dan si miskin.Itu semua merupakan dampak dari kejamnya kapitalisme yang terjadi di di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia.Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, dan menurut Karl Marx negara demokrasi adalah negara kapitalis, karena negara dikontrol oleh logika ekonomi kapitalis yang mendiktekan bahwa kebanyakan keputusan politik harus menguntungkan kepentingan kapitalis.Dalam hal ini yang diuntungkan adalah para pemilik modal (kapitalis), sedangkan masyarakat kecil tetap berada dalam bingkai kemiskinan akibat kapitalisme.
Empat-perlima penduduk dunia ‘secara resmi’ hidup dalam kemiskinan, dan sistem ini tetap mempertahankan mereka pada posisi kemiskinan itu.Pengangguran adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam sebuah masyarakat yang didasarkan atas pencarian keuntungan.Tujuan utama dari produksi bukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, melainkan untuk memproduksi secepat mungkin dan semurah mungkin. Dengan cara ini, perusahaan-perusahaan bisa memaksimalkan keuntungan mereka di pasaran.
Ekonomi Kapitalis saat ini yang merupakan ideologi yang lahir dari pandangan hidup masyarakat barat, yang merupakan pangkal dari kerusakan tersebut.Karena Kapaitalis lahir dengan dasar mengesampingkan peran agama untuk mengatur manusia.dengan kata lain agama hanya di tempatkan pada wilayah individu bukan wilayah umum. maka inilah yang menjadi sumber malapetaka Indonesia saat ini. tatkala Indonesia mengadopsi system kapitalisme maka bukanlah kesejahteraan yang di peroleh malainkan kemiskinan, kelaparan, pengangguran menjadi hal biasa di tengah tengah masyarakat. Dalam al quran Allah SWT berfirman: “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS. Al A’raf [7] : 96).




BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Kapitalisme adalah sistem sosial yang didasarkan pada pengakuan hak-hak individu.Dalam ranah ekonomi, kapitalisme memisahkan intervensi negara dengan perekonomian, seperti halnya ada sekuler yang memisahkan agama dengan negaranya. Dalam perekonomian kapitalisme menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya.


DAFTAR PUSTAKA
Ø  Louis Irving Horowitz, “Revolusi, Militerisasi dan Konsolidasi Pembangunan”, Bina Aksara, Jakarta : 1985,


[1] Louis Irving Horowitz, “Revolusi, Militerisasi dan Konsolidasi Pembangunan”, Bina Aksara, Jakarta : 1985, hlm. 289.
[2] kamus Bahasa Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar