BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Gambaran
ideologi yang paling menonjol di abad ke-20 adalah pertarungan antara
kapitalisme dan komunisme. Dari pertarungan ini mengalir fantasi utopi salah
seorang tokoh utama: pertarungan itu akan berakhir dengan kemenangan gemilang
pihak komunisme dan mempersamakan kapitalisme dengan kepincangan. Suatu kontra
fantasi menggambarkan komunisme sebagai menciptakan suatu mimpi buruk totaliter
yang hanya dapat dihentikan dengan kesetiaan mutlak kepada cara hidup demokrasi
sebagaimana ditunjukan oleh “Barat”, merupakan euphisme yang umum bagi
Negara-negara kapitalis.
Kebangkitan
Dunia Ketiga di Afrika, Asia, dan Amerika Latin, dengan bentuk-bentuk
perekonomian yang menyertainya, kejamakan sistem politik, dan doktrin-doktrin
social, memaksa para tokoh utama tersebut memeriksa kembali fantasi mereka
masing-masing. Tampilnya perusahaan multinasional yang terutama mengejar kepada
pertumbuhan industry dan keuntungannya sendiri, dan bukan kepada Negara
asalnya, telah kian merongrong kepastian ideologis yang tersimpul didalam
pandangan tentang pertarungan Timur-Barat. Multinasionalisme menyangkut
komitmen yang telah membawa kita melampaui anggapan tentang pertarungan antara
kapitalisme lama dan komunisme baru; atau dengan istilah Junani Klasik,
pertarungan antara demokrasi klasik dan totaliterisme modern.
Fase
pembinaan bangsa Dunia Ketiga yang berlangsung sejak tahun 1945 sampai 1970
ternyata telah menghasilkan suatu sistem yang telah sepenuhnya berkristalisasi.
Fungsi dan peranan perusahaan multinasional di dalam sistem dunia ini, dan
dampaknya terhadap hubungan-hubungan kapitalis Komunis, merupakan persoalan
yang lebih baru dank arena itu merupakan bidang yang sangat spekulatif.
Walaupun sudah banyak informasi mengenai badan-badan multinasional tertentu,
namun perhatian yang telah diberikan kepada persoalan bagaimana fenomena
industri ini, sebagai suatu kekuatan yang berdiri sendiri, mempengaruhi
hubungan-hubungan Amerika Serikat dengan Uni Soviet masih sangat terbatas, dan
dengan perluasan struktur kapitalisme dan komunisme sebagai imperium dunia yang
bersaing.
Persatuan
dan perpecahan antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet dalam suatu kerangka
sistem multinasional yang berkembang mempunyai relevansi langsung dengan Dunia
Ketiga. Penetrasi struktur dan badan-badan multinasional telah sangat
mempengaruhi Dunia Ketiga selama dasawarsa yang lalu; kenyataan ini telah
memberikan pilihan-pilihan baru dan tanggungjawab-tanggungjawab lama yang
kompleks. Cara khusus dengan nama organisasi multinasional merasionalisasi
perekonomian internasional, terutama sector-sektor yang telah mengalami
industrialisasi, dengan demikian merupakan pemikiran langsung dan mendesak bagi
Negara-negara Dunia ketiga yang harus meningkatkan kapasitas pemungkas (leveraring) dan perundingan (bargaining) mereka dengan cara terus
menelaah dan memeriksa kembali hubungan antara Negara-negara besar, terutama
hubungan antara pemimpin Dunia Pertama dan Dunia Kedua.[1]
1.2. Rumusan
Masalah
a. Apa
yang dimaksud dengan Budaya Kapitalisme?
b. Bagaimana
Sejarah kapitalisme ?
c. Bagaimana
perkembangan kapitalisme di Indonesia?
d. Bagaimana
Dampak Kebudayaan Kapitalisme?
1.3. Tujuan
- Agar kita mengetahui apa itu budaya kapitalisme;
- Agar kita mengetahui bagaimana sejarah kapitalisme;
- Agar kita mengetahui bagaimana perkembangan kapitalisme di Indonesia;
- Agar kita mengetahui dampak dari pada kapitalisme;
1.4. Metode
penulisan
Metode yang digunakan
dalam penyusunan makalah ini ialah mengambil dari beberapa sumber buku dan
website kemudian diamati dan melakukan analisa untuk disusun menjadi sebuah
makalah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Budaya Kapitalisme
Kata budaya dalam kamus besar
bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat istiadat.[2]
Kapitalisme adalah sistem
perekonomian yang menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala
jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya
(Bagus, 1996). Ebenstein (1990) menyebut kapitalisme sebagai sistem sosial yang
menyeluruh, lebih dari sekedar sistem perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan
kapitalisme sebagai bagian dari gerakan individualisme. Sedangkan Hayek (1978)
memandang kapitalisme sebagai perwujudan liberalisme dalam ekonomi.
Budaya kapitalis adalah terma yang
digunakan untuk merujuk kepada beberapa perkara; cara hidup rakyat yang hidup
di masyarakat kapitalis, kesan ekonomi kapitalis yang secara global atau Negara
terhadap penduduk, dan pemikiran perniagaan yang diterapkan terhadap individu
yang memakmurkan sistem ekonomi kapitalis.
Karakter utama pemikiran ini adalah
kepercayaan terhadap segala aktiviti perniagaan yang melibatkan pencarian
keuntungan secara maksimal tanpa atau sedikit campur tangan dari kerajaan dan
masyarakat.
2.2
Sejarah Kapitalis dan
teori perkembangannya di Indonesia
Kapitalisme dibangun diatas
filsafat ekonomi klasik yang diprakarsai Adam Smith yang dituangkan dalam
Wealth of nation (1776) David Ricardo, James Mill. Seluruh filsafat klasik
dibangun atas dasar liberalisme, mereka percaya pada pembebasan individu (personal liberty), kepemilikan pribadi (private property), inisiatif individu
serta usaha swasta (private enterprise).
Dari perspektif Marxis dapat
disebutkan asal mula kapitalisme berdasar hukum dialektis masyarakat berkembang
melalui beberapa tahap, sehingga dia berkembang menjadi masyarakat kapitalis
dimana Marx berada. Gerak dialetik dimulai pada saat komunitas primitif
berkembang dari suatu masyarakat yang tidak mengenal milik pribadi dan tidak
mengenal kelas, menjadi masyarakat yang mengenal milik pribadi serta pembagian
kelas. Gerak dialektis ini terjadi karena pertentangan dua kelas utama dalam
masyarakat.
2.3
Perkembangan
Kapitalisme di Indonesia
Kapitalisme di Indonesia berbeda
dengan kapitalisme yang ada pada negara asalanya yaitu Eropa (Malaka 2008,48).
Di Indonesia kapitalisme lahir karena adanya modal asing yang digunakan untuk
mengambil alih kekayaan Indonesia bukan lahir dari bangsa Indonesia sendiri. Kapitalisme di
Indonesia juga timbul dengan adanya lapisan-lapisan sosial yang ada (Malaka
2008,50). Kapitalisme di Indonesia walupun berbeda dengan Eropa, namun tetap
berdasar pada kepemilikan modal dan pengaruhnya yang mengakibatkan adanya
kesenjangan kelas-kelas sosial.
Kapitalisme yang ada di Indonesia
tidak bisa lepas dari kedatangan belanda sebagai penjajahnya. Kedatangan VOC
sampai pada masa diberlakukannya sistem tanam paksa merupakan akar dari
kapitalisme di Indonesia. Adanya kekejaman sistem tanam paksa yang dilakukan
oleh Belanda merupakan bentuk dari kapitalisme dimana belanda memeras kekayaan
pribumi hanya untuk memenuhi kepentingan pemeritahannya pada saat itu. Sistem
tanam paksa selain memberi keuntungan pada pemerintahannya namun juga
menggemukan kantong kapitalis belanda ( Soekarno 1930, 50). Keadaan yang
demikian disebut sebagai politik perampok bangsa Belanda. Politik tersebut
memusnahkan benih-benih industri bumiputra yang modern (Malaka 2008, 49).
Kapitalisme di Indonesia tetap
berlangsung setelah sistem tanam paksa dihapuskan dan setelah kemerdekaan.
Kapitalisme setelah kemerdekaan berbentuk imperialisme baru. Modal-modal asing
yang mulai masuk ke Indonesia merupakan lambang dari kapitalisme yang
berkembang. Pada era orde baru kapitalisme semakin dirasa oleh bangsa
Indonesia. Orde baru yang dipimpin oleh Soeharto ditandai oleh pembangunan
besar-besaran. Para investor asing mulai masuk ke Indonesia dan menanamkan
modalnya dalam pembangunan Indonesia. Hal tersebut membuat kesenjangan antara
masyarakat yang memiliki modal dengan yang tidak memiliki modal. Dalam era
Soeharto juga terfokus pada hirarki sosial dan kekuatan politik (Robinson dan
Hadiz 2004, 42). Maksudnya adalah walaupun perkembangan pembangunan dan ekonomi
Indonesia semakin maju namun nyatanya membawa dampak negatif. Dampaknya adalah
terdapat kesenjangan kelas-kelas sosial dan adanya penyelewengan yang dilakukan
oleh Soeharto. Banyaknya modal yang masuk membuat soeharto memakai uang
tersebut bukan lagi untuk rakyat melainkan untuk kepentingannya sendiri. Hal
tersebutlah yang mencerminkan kapitalisme di Indonesia pada masa orde baru.
Kapitalisme terus berkembang sampai
sekarang. Contohnya adalah dimana kekayaan sumber daya Indonesia masih
dieksploitasi oleh negara lain seperti Amerika, Inggris, dll. Selain itu juga
terdapat banyak fenomena yang menggambarkan bahwa kapitalisme masih eksis di di
Indonesia yaitu dengan banyaknya pemilik modal yang mengeruk kekayaan untuk
kepentingannya sendiri sehingga menyebabkan kesenjangan dalam kelas-kelas
sosial yang ada.
Dewasa ini tidaklah mengherankan,
jika istilah ”kapitalisme” dalam perjalanan sejarahnya telah dimaknai dengan
arti yang beragam, sehingga sangat sulit untuk mendapatkan persamaan persepsi
atau makna dalam penggunaannya. Lepas dari keberagaman penggunaan istilah
kapitalisme dan ditolaknya sebagai suatu sistem ekonomi oleh sekelompok orang,
maka tokoh sosiolog seperti Peter Berger melihatnya sebagai fenomena sejarah.
Kapitalisme sebagai fenomena sejarah perlu ditelusurinya secara historis dengan
memperhatikan kaidah-kaidah ilmu sejarah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
esensi kapitalisme itu mencakup pasar bebas, modal atau kapital, laba, majikan,
buruh dan alat-alat produksi. Namun, dapat dikatakan bahwa esensi kapitalisme
yang tetap dan sama untuk semua bentuk kapitalisme itu adalah modal/kapital.
Dan, meski bentuk dan perwujudannya berbeda, tetapi tujuan dari sistem
kapitalis tetaplah memperoleh laba/keuntungan yang setinggi mungkin dengan
biaya produksi sedikit mungkin. Dalam sistem ini memungkinkan setiap orang
mendapatkan peluang yang seluas-luasnya lewat persaingan bebas untuk mencari
keuntungan ekonomis bagi dirinya.
2.4
Dampak Kebudayaan
Kpitalisme
Dalam
perjalanannya, kapitalisme telah memberikan efek buruk bagi perekonomian
dan kesenjangan sosial yang semakin menganga, terjadinya gap (jurang
pemisah) antara si kaya dan si miskin.Itu semua merupakan dampak dari kejamnya
kapitalisme yang terjadi di di beberapa negara berkembang termasuk
Indonesia.Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, dan menurut Karl Marx
negara demokrasi adalah negara kapitalis, karena negara dikontrol oleh logika
ekonomi kapitalis yang mendiktekan bahwa kebanyakan keputusan politik harus
menguntungkan kepentingan kapitalis.Dalam hal ini yang diuntungkan adalah para
pemilik modal (kapitalis), sedangkan masyarakat kecil tetap berada dalam
bingkai kemiskinan akibat kapitalisme.
Empat-perlima
penduduk dunia ‘secara resmi’ hidup dalam kemiskinan, dan sistem ini tetap
mempertahankan mereka pada posisi kemiskinan itu.Pengangguran adalah sesuatu
yang tidak bisa dihindari dalam sebuah masyarakat yang didasarkan atas
pencarian keuntungan.Tujuan utama dari produksi bukan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, melainkan untuk memproduksi secepat mungkin dan semurah mungkin.
Dengan cara ini, perusahaan-perusahaan bisa memaksimalkan keuntungan mereka di
pasaran.
Ekonomi
Kapitalis saat ini yang merupakan ideologi yang lahir dari pandangan hidup
masyarakat barat, yang merupakan pangkal dari kerusakan tersebut.Karena
Kapaitalis lahir dengan dasar mengesampingkan peran agama untuk mengatur
manusia.dengan kata lain agama hanya di tempatkan pada wilayah individu bukan
wilayah umum. maka inilah yang menjadi sumber malapetaka Indonesia saat ini.
tatkala Indonesia mengadopsi system kapitalisme maka bukanlah kesejahteraan
yang di peroleh malainkan kemiskinan, kelaparan, pengangguran menjadi hal biasa
di tengah tengah masyarakat. Dalam al quran Allah SWT berfirman: “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa,
pastilah Kami melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya” (QS. Al A’raf [7] : 96).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kapitalisme
adalah sistem sosial yang didasarkan pada pengakuan hak-hak individu.Dalam
ranah ekonomi, kapitalisme memisahkan intervensi negara dengan perekonomian,
seperti halnya ada sekuler yang memisahkan agama dengan negaranya. Dalam
perekonomian kapitalisme menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam
segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Louis
Irving Horowitz, “Revolusi, Militerisasi
dan Konsolidasi Pembangunan”, Bina Aksara, Jakarta : 1985,
[1] Louis
Irving Horowitz, “Revolusi, Militerisasi
dan Konsolidasi Pembangunan”, Bina Aksara, Jakarta : 1985, hlm. 289.